Seks Nikmat Brondong Hot Part I

Jumat, 17 Juni 2011

Silahkan membaca secara lengkap cerita dewasa mesum terbaru yang berjudul Seks nikmat Brondong Part I. Namun setelah ini anda akan membaca kisah seks mesum selanjutnya yang berjudul : Gairah Muda Brondong Part II

Selamat membaca

 Pagi itu cerah sekali. Aku bangun dengan tubuh dan perasaan yang benar-benar fresh. Hari ini hari Sabtu, berarti aku libur dari pekerjaanku sebagai seorang sekretaris direksi sebuah dealer mobil mewah di kawasan S, Jakarta. Hari ini aku rencananya akan menghabiskan weekend di rumah sahabatku, V di kota B. Oh ya, namaku *****, teman-teman biasa memanggilku Celyn, umurku saat ini menginjak kepala 3, tapi aku belum menikah karena masih menikmati hidup tanpa ikatan, tapi bukan berarti aku tidak punya pacar. Pacarku namanya Josh, di kerja di perusahaan trading. Kami sudah menjalin hubungan selama satu setengah tahun.

Kok jadi ngomongin diriku ya? (narsis bgt ya?). Anyway, aku segera bangun untuk bersiap-siap. Aku segera menuju kamar mandi. Seperti biasa, aku langsung melepas piyamaku. Setelah tidak ada sehelai benangpun di tubuhku, akupun mulai menggosok gigi. Sambil menggosok gigi, kuperhatikan tubuhku dicermin yang ada dihadapanku. Tubuhku memang montok, apalagi di bagian pinggul karena aku hampir tidak ada waktu untuk fitness, tapi toh aku tidak perduli, aku bahagia dengan tubuhku ini. Sambil menyikat gigi ku pegang buah dadaku, yang menurutku biasa saja, tapi tidak menurut teman-temanku. Menurut mereka buah dadaku seperti mau tumpah, mungkin karena aku selalu memakai bra yang tidak menutupi semua buah dadaku.

Aku terus meraba buah dadaku sambil terus menyikat gigi, rasanya geli…lama-lama aku justru lebih fokus pada remasan tanganku daripada menyikat gigiku. Akhirnya aku tersadar…kuputuskan menghentikan kegiatan menyenangkan diriku itu lalu bergegas bersiap-siap.Setelah memasukkan barang ke H…. J…ku (nanti dikira dapet sponsor), aku segera melaju ke arah tol menuju B. Sebelum berangkat aku sempat meminta alamat V, dan dia segera mengirim SMS alamat lengkapnya. Bukan sekali ini aku ke kota B, tapi Baru dua minggu yang lalu Vina pindah rumah ke daerah CL, dan aku tidak tahu sama sekali dimana itu. Aku pikir toh nanti bisa tanya sama orang di jalan.Sesampainya di B, aku mulai mengikuti petunjuk SMS V untuk menuju ke rumahnya, tapi…jalanan di kota B ini sangat membingungkan. Setelah berputar-putar aku memutuskan untuk bertanya.
Di depanku aku melihat kerumunan anak SMP yang baru pulang sekolah, aku lalu meminggirkan mobilku untuk bertanya pada salah satu dari antara mereka.“Permisi dik, mau tanya alamat ini”, sambil kutunjukkan isi SMS dari V.“Oooh…dari sini lurus terus nanti ada toko CK, tante belok kiri terus belok kanan, nanti belok kanan lagi, terus ambil kiri, terus ada tanjakan belok ke kanan. Naik terus nanti tanya aja lagi sama orang disitu”, dia memberikan penjelasan panjang lebar.Diberi penjelasan seperti itu aku langsung kebingungan, tanpa pikir panjang aku langsung minta tolong padanya.“Aduh, tante bingung nih! Kamu bisa anterin aja ga? Nanti tante kasih ongkos pulang” kataku.

Dia seperti kebingungan.Aku pun berkata, “Tenang ga akan diculik kok”, kataku sambil tersenyum.Dia makin kelihatan kebingungan.“Kalo kamu takut, ajak saja temen kamu”, aku meyakinkannya, karena aku sudah pusing mencari alamat V. Akhirnya dia setuju dengan syarat boleh mengjak temannya dan diberi ongkos pulang.Dia pun mengajak dua orang temannya. Aku menyuruh salah satu dari mereka untuk duduk di depan sebagai penunjuk jalan, lagipula aku tidak mau dikira sepagai sopir antar jemput anak sekolahan Didalam mobil aku berkenalan dengan mereka.

Yang duduk didepan bernama Fariz, sedangkan dua temannya yang duduk dibelakang bernama Dharma dan Aziz. Dari obrolan kami ku ketahui mereka baru kelas 2 SMP.Selama perjalanan kuperhatikan mereka semua mencuri-curi pandang tubuhku. Saat itu aku mengenakan tank top biru muda dan hot pants. Yang paling kuperhatikan tentu saja Fariz karena dia duduk didepan. Setiap kali kuperhatikan dia langsung membuang muka, karena takut ketahuan olehku. Umur-umur segitu anak cowok memang memiliki fantasi seks yang luar biasa. Fariz terus saja mencuri pandang buah dadaku yang “luber”. Akhirnya kuputuskan kubiarkan saja mereka melihat payudaraku, kupikir sebagai bahan masturasi mereka nanti…Akhirnya sampai juga kami di rumah V.

Vina langsung menyambutku, tapi dengan tatapan heran.“Siapa itu Cel?”, tanyanya.“Oh..mereka guide”, kataku sambil tersenyum pada mereka.“Masuk dulu yuk!”, ajakku pada mereka. “Ga buru-buru kan?”, tanyaku lagi.Akupun mengambil tas kecilku. Aku dan Vina masuk mendahului mereka.Rumah V –menurutku sih villa, bukan rumah- berada didaerah yang elite, sehingga jarak antar tetangga tidak terlalu dekat.Vina juga hidup sendiri, sama seperti aku. Dia editor sebuah majalah wanita.Begitu masuk rumah, Vina langsung menunjukkan kamarku, “kamar lo di atas ya Lyn, yang itu tuh”, katanya sambil menunjukkan kamarku.Kita ngobrol dibawah yuk, katanya kepada ketiga anak itu sambil turun menuju ruang tamu.

Aku pun menuju kamarku, ketika baru teringat bahwa aku lupa membawa tas yang berisi pakaian.Aku pun memanggil Fariz, “Riz, bisa minta tolong ambilkan tas tante yang hitam di mobil?”.Fariz tampak terkejut, “Bisa tante”.“Tau cara bukanya kan?”, tanyaku lagi.“Tau kok!”, jawabnya.Akupun memberikan kunci mobilku kepadanya.Akupun menuju kamarku. Sesampainya di kamar, aku langsung menutup pintu dan menuju kamar mandi, aku sudah tidak tahan menahan pipis sejak di tol tadi.Ketika aku baru mengeluarkan pipisku, tiba-tiba Fariz masuk Akupun terkejut. Sial, aku lupa mengunci pintu kamar dan lupa menutup pintu kamar mandi karena sudah tidak tahan.Fariz tampak terkejut melihatku sedang duduk di toilet, “Ma..maaf tante, saya lupa mengetuk pintu”. Dia terpaku di depan pintu.

Cepat-cepat kubilang padanya, “Udah cepet masuk tutup pintunya, tar keliatan orang!”. Masih kebingungan diapun masuk dan menutup pintu, matanya masih terpaku padaku.“Lihat apa kamu?”, tanyaku menyadarkannya.“Eh..ngga liat apa-apa tan”, katanya sambil membalikkan badan.Setelah selesai akupun berkata padanya, “Maaf ya, tante lupa kunci pintu”.“Ng…ga pa pa tan, saya keluar dulu”, katanya.Busyet polos amat anak ini, pikirku. Tiba-tiba muncul niat isengku, melihatku pipis saja sudah kebingungan bagaimana kalo melihatku bugil?“Riz, tante bisa minta tolong lagi ga?”, pertanyaanku menghentikan langkahnya.“Bi..bisa tan”, rupanya dia masih shock.“Tolong pijitin tante dong, tante pegel nih nyetir dari J”, tanyaku.

Rupanya permintaanku ini lebih mengagetkannya. Niat isengku semakin menjadi-jadi.“Nanti tante tambahin deh ongkosnya”, tambahku lagi. Rupanya kata-kataku yang terakhir ini membuat dia tersadar.“Bo..boleh deh tan”, katanya. Aku pun memanggil V untuk meminta lotion untuk membalur tubuhku.“Mau ngapain lo?”, tanya Vina setengah berbisik kepadaku.“Mau tau aja”, kataku kepadanya.Vina yang merupakan petualang seks sejati langsung mengerti maksudku.“Bisa aja lo cari variasi”, katanya lagi. “Bisa ikutan dong?”, tanyanya.“Tuh masih ada dua lagi”, kataku sambil menunjuk Dharma dan Aziz.“Wah cerita baru buat blog gue nih”, katanya bersemangat.Diapun memberikan lotion kepadaku.Akupun menutup pintu tanpa kukunci, toh tidak ada siapa-siapa selain kami berlima dirumah ini.“Nih lotionnya”, kataku sambil menyerahkan lotion kepada Fariz.

Akupun menuju kamar mandi, lalu keluar lagi dengan hanya mengenakan handuk. Aku telah melepaskan semua pakaian dalamku.Perasaan ini mulai membuatku bergairah.Fariz tampak terkejut melihatku, karena handuk yang kukenakan benar-benar hanya menutupi payudara dan kemaluanku saja.Aku pun berbaring telungkup di tempat tidur dan menurunkan handukku sehingga hanya menutupi bagian pantatku.“Ayo..tunggu apa lagi”, kataku kepada Fariz yang tampak tertegun melihat tubuhku yang hampir telanjang. Diapun duduk disebelahku dan mulai menuang lotion ke atas punggungku. Fariz pun mulai memijitku. Aku berusaha memulai pembicaraan untuk memecah kesunyian.“Kamu sekarang kelas 2 SMP ya. Udah punya pacar?”, tanyaku.“Be..belum tan”, jawabnya gugup.“Kamu kok grogi gitu? Belum pernah mijit cewek ya?”, tanyaku jahil.“Be..belum pernah tan”, jawabnya singkat.“Udah..kamu pijit kaki tante aja, soal pegal”. Farizpun mulai memijit kakiku.“Agak keatas sedikit Riz”, kataku sambil mengarahkan tangannya ke pahaku.

Dia tampak semakin gugup.Pijatan didekat daerah kemaluanku membuatku secara tidak sadar melebarkan pahaku, menurutku Fariz dapat melihat bulu kemaluanku yang tidak terlalu lebat itu.“Tapi kamu pernah masturbasi kan?”, kataku mulai memancing.“Mmm….”, dia terdiam.“Ga mungkinlah seumuran kamu belum pernah masturbasi”, kataku lagi.“Pernah tan”, jawabnya pelan. Kamipun terdiam. “Agak keatas lagi Riz”. Farizpun memijit dekat pantatku.“Udah pernah ML?”, kataku makin tak tahan.“Be..belum tan”.Wah perjaka batinku. Aku pun menarik handuk yang menutupi pantatku sehingga kini aku benar-benar bugil. Fariz benar-benar terkejut.“Sekarang pijitin pantat tante aja, dari tante duduk nyetir terus”. Farizpun mulai memijit pantatku yang montok bersih itu.

Akupun makin lama makin melebarkan kedua pahaku.“Riz…”.“Iya tan”.“Kamu mau pegang ‘itu’ tante?”, tanyaku nakal. “Pegang aja Riz, ga pa pa kok”, pancingku lagi.Fariz memindahlan tangannya dari pantatku ke arah kemaluanku. Dia mulai memegang bulu kemaluanku. Nafsuku makin tidak tertahan.“Gerakin tanganmu maju mundur Riz”, kataku mengarahkan.Arizpun mulai menggerakkan tangannya di atas kemaluanku. Gesekan antara tangannya dan bulu kemaluannya makin membuat vaginaku basah. Akupun sedikit menunggingkan badanku untuk mempermudah tangan Fariz bermain di atas kemaluanku.“Masukin jari tengah kamu Riz”, pintaku setengah memohon.Farizpun mulai mengerti jalannya permainan ini.

Dia mulai memasukkan jari tengahnya kedalan vaginaku sambil terus menggosok-gosoknya. Sentuhan tangannya sesekali menyentuh klitorisku, dan itu makin membuatku bernafsu. Suaraku makin lama makin meracau karena keenakan.“Iya Riz..yang itu. Gosok ‘itu’ tante Riz”.“Yang mana tante?”, katanya polos. Akupun tersadar, dia masih terlalu polos. Lalu aku membalikkan tubuhku, sehingga Fariz kini dapat melihat seluruh rubuhku yang telah bugil dengan leluasa.“Kamu mau pegang payudara tante?”, tanyaku sambil memgang kedua tangannya dan mengarahkannya ke kedua payudaraku. Aku meremas tangannya sehingga tangannya itu meremas kedua buah dadaku.

Setelah meremas-remas buah dadaku, aku pun menarik kepala Fariz dan mengarahkannya ke dadaku. Diapun mulai menjilati putingku, mataku terpejam akupun makin mendesah tidak karuan.“Oouuh…aaahh…euuhhh…”, aku mulai liar.Tanganku tidak tinggal diam. Aku mulai meraba celana Fariz dan memegang kemaluannya yang aku yakin sudah tegang dari tadi. Tanganku menarik retsletingnya dan mengeluarkan kemaluannya. Tidak terlalu besar, hanya sedikit lebih panjang dari genggamanku, mungkin karena ia masih kelas 2 SMP. Tanganku mulai memainkan kejantannya, aku mulai mengocoknya. Akhirnya aku berhenti.

Bersambung ke : Gairah Muda Brondong Part II