Gairah Muda Brondong Part II

Kamis, 16 Juni 2011

Cerita dewasa ini berjudul Gairah Muda Brondong Part II. Dimana anda sebelumnya melihat dan membaca cerita : Seks Nikmat Brondong Hot Part I. Seperti apa cerita Gairah Muda Brondong Part II ini? Berikut selengkapnya

Akupun duduk dan mulai melucuti seragam Fariz. Kulihat badannya yang masih polos itu. Kemaluannya baru sedikit ditubuhi bulu-bulu halus. Aku menyuruhnya terlentang. Akupun mulai melakukan oral kepadanya dalam posisi berlutut.“Hmmph…mmph…mmphh”, suara mulutku yang sedang mengulum batang kemaluannya sambil tanganku memainkan kedua bolanya.“Aahhhh…ahhhh…enak tan”, Fariz berteriak keenakan. Fariz merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Tangannya kini memainkan buah dadaku. Sesekali aku berhanti mengulum batang kejantanannya untuk menikmati remasan tangan Fariz. Tangan kiriku kini beralih memainkan klitorisku.

Aku benar-benar menikmati semua ini.Tiba-tiba Fariz berteriak,“Aa..aa..aaahhhhh, geli banget tan. Aaahh..aaahh…aaahhh…ma..ma..mau kkkelluuaaarrr”, aku makin mempercepat mulutku dan makin menghisap kuat-kuat batang kejantannya.Tidak berapa lama…..“ AAAAHHHHHHH… AAAHHHHHH… AAAAHHHHHH”, Fariz mengeluarkan cairan spermanya didalam mulutku. Aku sempat terkejut, karena banyak sekali cairan sperma yang dikeluarkan anak kelas 2 SMP ini. Tapi itu kupikir karena jarang sekali bermasturbasi.Sperma yang telah dikeluar didalam mulutku ku keluarkan lagi ke atas batang kemaluannya, hanya untuk kuhisap lagi. Fariz terlihat begitu menikmati oral seks ini. Akhirnya kutelan semua sperma Fariz, dan kuhisap lagi kemaluannya untuk membersihakan sisa-sisa spermanya.“Enak Riz?”, tanyaku puas.“Enak banget tante. Beda ya sama masturbasi”, jawabnya polos.Aku hanya tertawa sambil menjawab, “ada yang lebih enak, mau?”.

Akupun mulai mengulum kembali batang kejantanan Fariz yang telah terkulai. Aku sengaja melakukan oral terlebih dahulu kepada Fariz, supaya nanti saat permainan utama dia tidak cepat ‘keluar’. Pelan-pelan aku mulai menjilati kemaluannya. Posisi Fariz kini tiduran kembali dengan kedua kaki diangkat, sehingga kepalaku berada dikedua pahanya. Jilatanku mulai berubah menjadi kuluman. Semakin lama semakin cepat, akupun mulai memperkuat hisapanku pada kepala penisnya. Sesekali paha Fariz menjepit kepalaku menahan rasa geli di penisnya. Ketika penis Fariz telah berdiri lagi aku menghentikan oralku.“Eh..kenapa tante?”, tanyanya heran.“Gantian dong, masa kamu aja yang enak?!”, kataku.“Maksudnya?”.Akupun mulai berbaring dan menarik Fariz ke pelukanku. Akupun mulai menciumnya. Mula-mula dia seperti risih, tetapi permainan lidahku mulai mengajarinya untuk berciuman.

Kami terus berpelukan sambil berciuman, sesekali penisnya menyentuh klitorisku dan ini membuatku makin menggila. Puas berciuman aku mengarahkan kepalanya ke buah dadaku. Kini Fariz telah tahu apa yang harus dilakukan. Nafsuku makin tak tertahan. Aku mengangkat kepala Fariz, “Riz, jilatin ‘itu’ tante”.“Yang mana tante?”.Aku mengambil posisi bersandar pada pinggiran tempat tidur. Kutekuk pahaku dan kubuka lebar-lebar pahaku. Kedua tanganku memegang vaginaku, jari-jariku menyisir bulu kemaluan. Setelah terlihat jelas kemaluanku yang telah basah dari tadi, kutunjukan klitorisku dengan kedua jari telunjuk.“Yang itu Riz, jilatin ‘itu’ tante”, pintaku setengah memelas.“Yang ini tante?”, katanya sambil menyentuh klitorisku.

Sontak aku menggelinjang, sentuhan tangan Fariz pada klitorisku membuat tubuhku seperti melayang.Dia tampaknya menikmati hal ini.“Yang ini ya?”, tanyanya lagi sambil mulai memainkan klitorisku.“Aaaahhhh…ii..iiyyaaa …yang itu. Ka..kha..kamu nakal ya”, kataku mulai terengah-engah.“Aaaahhhh …oouuuhh ….uuuhhhhh….jilatin aja Riz”, kataku tak tahan sambil menurunkan kepalanya kekemaluanku. Fariz mulai menjilati vaginaku, mula-mula meras aneh, mungkin karena aroma khas vagina yang telah basah. Akupun makin melebarkan pahaku, sambil tanganku membuka vaginaku agar tampak klitorisku oleh Fariz.“Jilatin yang ini Riz”, kataku sambil menunjukkan letak klitoris.Fariz mulai menjilati klitorisku dengan lidahnya.

Akupun memegang kepalanya dan menggerakkan kepala Fariz naik turun di atas klitorisku. Gerakan lidah Fariz yang kasar menari diatas klitorisku membuatku hampir mencapai orgasme. Cepat-cepat kuangkat kepala Fariz dan kutarik badannya kearahku. Dengan tidak sabar kupegang batang kemaluannya yang telah keras kembali, kuarahkan ke vaginaku. Cllep…bleessshhh…penisnya langsung masuk kedalam vaginaku yang sudah semakin basah. “Aaaaahhhh…”, teriakku.Aku mulai memegang pinggang Fariz dan menggerakkannya maju mundur. Plok..plok..plookk…cloopps…clooppss….suara selangkangan kami beradu ditengah semakin banjirnya cairan vaginaku.“Ooooohhh… aaahhhhh … aaahhh ….. aaahhh…. aaaa.. aaaaa…. aaaahhhh…terus Riz… eennaaak”, teriakku. Aku mulai manarik-narik rambutnya, sambil sesekali kuciumi Fariz dengan brutal.“Hmmmppph. .hmmmppp… aahhhh..hmmpphh… ooohhh….ohhh yyeesss..hmmmppphhhh”.Kakiku kini melingkari pinggang Fariz agar penisnya bisa masuk sedalam-dalamnya kedalam vaginaku.

Tubuhnya menempel dengan tubuhku, kamipun bermandikan keringat. Sensasi bersetubuh dengan bocah polos yang masih perjaka ini benar-benar membuatku bernafsu. Tangan Fariz mulai memainkan kembali buah dadaku. Tidak berapa lama aku merubah posisi. Aku berjongkok di atas Fariz. Ku pegang penisnya dan kumasukkan kedalam vaginaku.Plok..plok..plok..vaginaku berbunyi karena sangat basah. Kugoyangkan badanku maju mundur, penis Fariz melesak penuh kedalamku.

Goyangan ini makin menggesek klitorisku.“Aaahhhhh…ooouuuhhhhh….eenaaaakkkkkk”.Aku tahu sebentar lagi Fariz akan ejakulasi yang kedua, sehingga aku marubah posisiku menjadi “doggy style”. Tubuhku bersandar pada sandaran tempat tidur. Fariz tanpa permisi langsung memasukkan penisnya dengan tidak sabar.“Ah!” jeritku.ariz makin tidak sabaran. Dia terus memompa vaginaku dengan batangnya, batang yang baru sekali ini merasakan nikmatnya dunia. Dia terus menggerakkan tubuhnya maju mundur, makin lama makin cepat, sambil tangannya memegang pinggulku.“Ah..ah..ah…teerrruuus Riz ….terruuusss …..aaaaahhhh”.

“Tan, Faarriizz maau kke…..lluaarr….giimaannaa nihhhh…..aahhhh…ahhh?” .“Ahhh…aahhh… kkee…ahh…keeluaarinn aja Riz…aahhhhh”.Plok..plook…clooppss….cloppss….Akupun mulai bersiap menerima muntahan sperma Fariz didalam vaginaku, akupun mulai mencapai orgasme yang sejak tadi kutahan.“Aahhhhh…tteerrruuussss Rizzzzz…tante ju….Ah!..ga mau keeluuuarrr……aaahhhhh…terusss”.Fariz terus mempercepat kocokan penisnya di dalam vaginaku.“aahh…ahhh..AAAAHHHHHHHHH….!!!!” Fariz memuntahkan seluruh spermanya didalam vaginaku. Kurasakan semprotan kuatnya di dinding vaginaku, seperti dikejutkan oleh sengatan listrik. Vaginaku langsung terasa hangat dan basah oleh cairan spermanya, tapi aku tidak menghentikan goyangannya.

Tidak berapa lama…., “Oh…oh…oh… ah..ah..ah..ah..ah. .AAAAHHHHHHH!!!!”, akupun berteriak karena orgasme.Vaginaku makin basah oleh karena cairan kami berdua. Aku tidak membiarkan Fariz melepaskan penisnya dari vaginaku, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku.“Gimana Riz, lebih enak dari yang tadi kan?”, tanyaku.“He..he..he..iya tan, jauh lebih enak”, jawabnya sambil mengikuti goyangan pinggulku.Bersamaan dengan mengecilnya penis Fariz, keluar jugalah cairan spermanya dari dalam vaginaku. Cairan sperma itu langsung menempel pada kami berdua. Aku langsung berbalik dan menghisap cairan sperma yang ada pada penis Fariz. Sambil merasa kegelian Farisz berkata, “Makasih ya tan, ga rugi nganterin tante”.“Aku juga ga rugi dianterin kamu”, jawabku singkat lalu kembali mengulum penis Fariz. Setelah penis Fariz bersih dari sperma kamipun berbaring terlentang tanpa pakaian

.(TAMAT)